Single Buoy Mooring
A. Floating Structure
Very large floating structures (VLFSs) atau very large floating platforms (VLFPs) adalah
pulau buatan manusia, yang dibangun untuk digunakan sebagai fasilitas penyimpanan
untuk minyak dan gas, atau pembangkit listrik tenaga surya atau angin.VLFS berbeda dari bangunan air disisi penggunan
area, karena penggunaannya ada di atasnya bukan di dalamnya.Dan penggunaan VLFS
areanya sangat signifikan.VLFS bisa di bangun atau dibuat dari menyatukan beberapa
bangunan lepas pantai lainnya.Desain dari bangunan bangunan tersebut harus sesuai
dengan syarat keamanan dan kenyamanan, kondisi penggunaan, dll.Beton bertulang atau
struktur komposit baja- beton sering digunakan untuk pembangunan struktur jenis
ini.Pergerakan dari struktur dari angin dan gelombang harus dinetralisirkan,
untuk menjamin keamanan dari pekerja dan struktur itu sendiri dan untuk menjamin
aktifitas yang terjadi diatasnya, Struktur ini harus di pancang ke dasar laut
B. Sistem Tambat (Mooring
System)
Arti dari system tambat menjadi lebih penting ketika manusia mulai melakukan aktivitas di atas permukaan air, terutama di suatu terminal kilang minyak yang membutuhkan system tambat untuk mengikat
tanker saat proses loading-unloading sedang berlangsung.
Gaya
luar yang bekerja pada struktural yang tertambat disebabkan oleh aksi dari gelombang, angina dan arus
yang menimbulkan gerakan dan mengganggu posisi setimbang dari struktur tersebut.Tujuan dari system tambat pada dasarnya adalah untuk mengurangi gerakan struktur pada bidang horizontal dan menjaganya untuk relative tetap pada posisi
yang dibutuhkan tanpa menimbulkan gaya
restraining yang tinggi. Gaya restraining yang tinggi hanya dapat dihindari ketika hubungan antara struktur tertambat dengan dasar laut mempunyai fleksibelitas yang cukup dan sesuai.
Single Point Mooring
Terminal
SPM adalah suatu fasilitas yang memiliki dimensi pada bidang horisontal
yang kecil dimana tanker
dengan ukuran yang besar ditambatkan melalui suatu bow hawser dan memungkinkan tanker tersebut untuk berputar
3600 mengelilingi titik penambatannya.
Perilaku ini membuat
SPM terminal sesuai untuk kebanyakan lokasi lepas pantai,
sehingga saat ini
system SPM yang paling banyak digunakan untuk terminal lepas pantai.
Keuntungan dari system ini adalah kapal dapat dirubah posisinya dengan relative mudah. Sistem ini memiliki prinsip bahwa kapal harus berada searah terhadap arah gelombang.Tali tambat dapat ditambahkan di ujung lain dari kapal, untuk tetap dalam posisi
yang benar. Kerugiannya adalah jangkar pada ujung kapal dapat berpindah posisi akibat gerakan kapal,
sehingga jangkar harus dipindahkan keposisi semula.Tetapi, karena adanya alasan ekonomi maka tali tambat dapat diganti dengan
thruster pada badan kapal.
A.
Mooring
System
Fasilitas pantai
merupakan fasilitas yang secara umum banyak mengembangkan di bidang eksplorasi
dan ekploitasi minyak dan gas, dengan berkembangnya teknologi untuk bidang
tersebut, serta area eksplorasi dan ekspoitasi yang berkembang yaitu daerah
deep water. Maka dibutuhkan system mooring untuk mendukung fasilitas seperti
berikut :
1.
FPSO ( Floating
Production Storage Offloading )
2. FDPSO
( Floating Drilling Production Storage Offloading )
3. FSO
( Floating Storage Offloading )
4. FPU
( Floating Production Unit )
5. FHU
( Floating Hotel Unit )
6. TLP
( Tension Leg Platform )
7. SPAR
8.
Drill Ship
Adapun jenis – jenis Single Point Mooring yaitu :
a. Fixed
Tower
b. Catenry
Anchor Leg Mooring (CALM) Buoy
c. Single
Anchor Leg Mooring (SALM) Buoy
d. Articulated
Loading Platform (ALP)
e. Single
– Anchor Loading (SAL)
f.
Turret Mooring
B.
Jenis
Mooring Sistem
1. Single
Point Mooring
1.1
Fixed Tower
Mooring
jenis ini relatif simple, pemasangan di laut dangkal serta hubungan antara
vessel dan tower memakai yoke, fungsi yoke disini adalah sebagai struktur yang
menahan “kissing” antara vessel dan tower, tetapi dengan konsekuensi counter
load ke tower yang besar. Fungsinya secara umum masih sama yaitu penambat,
serta penggunaan fixed tower tidak di anjurkan di laut dalam.intstalasi yang
gampang serta untuk keperluan inspeksi di tower bisa dilakukan dengan gampang.
Salah satu pertimbangan dalam disign fixed tower adalah tabrakan yang terjadi
antar vessel dan tower.
Gambar 1 : Fixed Tower
Gambar 2 : Ilustrasi Fixed Tower
Dapat dilihat pada dasarnya tidak ada
perbedaan yang mencolok antara struktur Fixed
Jacket Platform dengan sistem mooring
fixed tower. Bagian Hose berfungsi
untuk sistem transfer muatan sedangkan sebagai penambatnya digunakan sistem Jacket Leg Structure.
1.2
Catenary Anchor Leg Mooring (CALM) Buoy
Fasilitas mooring ini biasanya di
tambatkan melalui anchor chain ke dasar laut, untuk menahan beban buoy sendiri
dan beban tarikan dari vessel yang tersambung, diataranya dipasang 2 jenis
yaitu Soft Link dan Rigid Arm. Fasilitas
yang sama dengan fixed tower, dan
memiliki floating flexible hoses untuk transfer minyak, calm buoy ini sangat
visible di pasang di lautan dalam, dan
juga kemungkinan tabrakan antara vessel dan buoy sangat kecil. Untuk Calm Buoy dengan
Rigid Arm akses inspeksi dari vessel ke buoy sangat mudah, serta vessel akan berputar
sesuai arus di sekitar mengitar buoy, kekurangan dari Calm Buoy ini adalah
kesulitan dalam instalasi.
Gambar 3 : Calm Buoy
With Rigid Arm
1.3
SALM
(Single Anchor Leg Mooring)
Jenis ini
menggunakan rantai vertical tunggal yang tegang, berbeda dengan system
pengangkuran jenis CALM yang menggunakan banyak rantai. Pada jenis ini swivel
diletakkan pada dasar laut di wilayah perairan laut dangkal, seperti swivel
yang diletakkan secara terpisah pada system mooring leg pada perairan laut
dangkal. Swivel yang diletakkan di dasar laut sangat tidak menguntungkan dan
memiliki banyak resiko, karena perawatannya yang mahal dan tidak mudah. Pada
umumnya, komponen yang bersifat mekanis diletakkan diatas air, agar dapat
diawasi dengan mudah. Namun jenis ini memiliki keunggulan dibandingkan system
lain seperti CALM yaitu, swivelnya terhindar dari benturan akibat gerakan
kapal.
Gambar 4 : SALM
Gambar 5 : Bagian –bagian SALM
Bagian-bagian
SALM :
a. Pelampung
Suatu bagian yang
mengapung yang berfungsi untuk penambatan kapal
b. Chain
Tension
Sebuah rantai yang
berfungsi untuk menambatkan pengapung (buoy) dengan bangunan utama agar
pengapung tetap pada tempatnya.
c. Swivel
Penghubung antara selang
kapal dengan bangunan utama, sebagai proses loading dan offloading minyak, dan
dibuat agar dapat diputar 360 derajat untuk mengakomodasi posisi kapal.
d. Floating
Hose
Floating Hose menghubungkan pelampung ke kapal tanker. Floating Hose
dilengkapi dengan lapisan yang banyak untuk mencegah pecahnya selang dan
menghindari tumpahan minyak.
e. Riser
Riser adalah selang fleksibel yang menghubungkan pipa bawah laut ke
pelampung. Pengaturan riser ini dapat bervariasi tergantung pada kedalaman air
laut, gerakan pelampung, dll
1.4
ALP (Articulated Loading Platform)
Adalah
merupakan campuran dari system fixed tower dan CALM. Posisi swivel berada
diatas permukaan air, dan memiliki resiko untuk bertubrukan dengan kapal. Momen
lentur di system ini bias sangat besar karena membutuhkan keseimbangan dinamis
di laut dalam, dan juga tidak mudah dan menguntungkan dalam perawatan. ALP
memiliki kepala mooring yang dapat berputar seperti pada fixed tower.
Gambar 6 : ALP
Gambar 7: Bagian – bagian ALP
Dapat dilihat pada
gambar di atas, bagian-bagian dari Single
Point Mooring tipe ALP. Fenders tetap
disediakan untuk mengakomodasi benturan antara kapal dengan struktur. Kolom
pada struktur berfungsi sebagai penyalur beban utama menuju base untuk disalurkan ke permukaan
tanah. Untuk sistem penambat dengan kapal digunakan penambat yang fleksibel
berupa hawser dan loading hose yang berfungsi untuk
transfer muatan. Untuk memudahkan pelaksanaan penambatan, tetap diberi Buoys yang disambungkan dengan tali yang
terhubung dengan hawser dan juga loading hose di bawah permukaan air
seperti terlihat pada gambar.
1.5
SAL (Single - Anchor Loading)
Sistem ini sangat
berguna dalam kondisi dimana tidak membutuhkan banyak persyaratan operasional.
Jenis ini memiliki keterbatasan operasional yang bergantung pada kedalaman air
dan jenis kapal. Kelemahan system ini adalah seluruh bagiannya tenggelam
sehingga perawatannya sangat sulit. Namun system ini lebih murah dibanding
sistem CALM.
Gambar 8 : Ilustrasi SAL
Gambar 9 : Penambat SAL
1.6 Turret Mooring systems
Sistem mooring
turret terdiri dari perangkat turret yang terintegrasi ke perangkat dan
terpancang secara permanen ke dasar laut dengan mooring sistem. Sistem dari
turrert memiliki sistem perputaran yang memungkinkan perangkat ini untuk
berputar di bagian turret yang terpancang, yang terpasang pada sistem mooring.
Sistem turret
mooring dapat di kombinasikan dengan sistem transfer fluida yang memungkinkan
hubungan dengan jaringan pipa dasar laut ke kapal seperti FPSO. Sistem transfer
fluida memiliki sistem pengangkat diantara jaringan pipa dan dasar laut. Di
turret ada jaringan atau saluran yang memungkinkan fluida berjalan diantara
bagian yang terdapat di dasar laut dan bagian kapal yang berotasi di sekitar
turret. Sistem turret adalah sistem yang pasif dan tidak membutuhkan kapal yang
aktif mengontrol sistem turret atau salurannya. Sistem turret ini terbagi
menjadi 2 yaitu internal dan eksternal tergantung dari posisi struktur
tersebut.
1.6.1 External Turret
External Turret dapat diletakkan pada posisi bow atau stern
kapal, di luar lambung kapal, memungkinkan kapal untuk dapat berputar 360
derajat dan beroperasi pada kondisi cuaca normal maupun extreme. Chain leg “
ditanam” di dasar laut dengan anchor atau piles. Biaya pembuatannya lebih murah
dibandingkan dengan internal turret dan modifikasi yang dilakukan di kapal
tidak terlalu banyak. Selain posisi turret, perbedaan lain dibandingkan dengan
internal turret adalah posisi chain table-nya. Pada external turret, chain
table terletak di atas water level, sedangkan pada internal turret, chain table
terendam di bawah garis air. Pada umumnya system ini digunakan di perairan yang
tidak terlalu dalam dan pada lapangan yang relative kecil.Contoh aplikasi di
Indonesia : FPSO Anoa Natuna.
Gambar 10 : External Turret Mooring
1.6.2 Internal Turret
Keunggulan
system ini adalah dapat terpasang secara permanen maupun tidak (
dis-connectable) , dapat diaplikasikan pada lapangan dengan kondisi lingkungan
yang moderat sampai ekstrim, dan sesuai untuk deepwater. System ini dapat
mengakomodasi riser hingga 100 unit dan kedalaman laut hingga 10, 000 feet.
Rasanya belum ada contoh aplikasi di Indonesia
Gambar 11 : Internal Turret Mooring
Bagian - Bagian Turret
Turret
Swivel
Tempat memutar turret agar bisa
berputar dengan bebas
Turret
Support dan Turret Lower Support
Tempat untuk menunjang kapal dengan
sistem mooring agar tetap tejaga jaraknya
Chain
Table
Rantai untuk mengikatkan sistem
mooring dengan dasar laut
Mooring
Leg
Tempat menambat kaki mooring dengan
dasar laut
Turret
Column
Tempat saluran pipa dan riser
terletak untuk jalur pengaliran
Main Bearing
Tempat
memasangkan antara saluran kapal dan mooringCrude Oil Line
Saluran
minyak mentah dari riser
Gambar 12 : Bagian - Bagian Turret
Kesimpulan
Fasilitas yang umum yang
ada pada bangunan lepas pantai ada 2 yaitu, struktur terpancang (fixed) dan struktur terapung (Float),
banyaknya faktor yang mempengaruhi keseimbangan bangunan di daerah lepas
pantai, maka perlu adanya bangunan penambat yang akan menjaga posisi bangunan
tersebut dari pergerakan yang disebabkan oleh angin, arus, maupun gelombang,
hal ini juga menghasilkan design yang berbeda –beda diantara mooring system itu
sendiri, hal ini tergantung dengan kondisi alam, kapasitas riser, bangunan yang
akan menambat ke fasilitas, serta faktor ekonomis. Dalam perencanaan mooring
system perlu diperhatikan kemudahan dalam maintanance, sehingga
pada masa pengoperasian ataupun faktor yang tidak terduga, tidak banyak
mempengaruhi produksi suatu sumur minyak. Posisioning fasilitas mooring juga
melihat subsea facility yang terdapat di bawahnya.
Typical SPM Installation
SPM Demo Video
Komentar
Posting Komentar